Jakarta Timur, BeritaNU.NET
Konsep ramah anak, disabilitas, dan musafir di masjid adalah upaya untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan menyambut bagi semua individu, tanpa memandang usia, kemampuan, atau latar belakang.
Penerapan itu konsep ketiganya telah diterapkan secara langsung oleh Masjid Attaufiqiyyah, Pulo Jahe, Jakarta Timur. Ketua Masjid Attaufiqiyyah H Hasbih Daman mengatakan, terkait masjid ramah anak diterapkan melalui konsep para pengurus yang selalu membuka diri dan membimbing anak-anak dan mengarahkan anak untuk menyukai masjid melalui kegiatan-kegiatan yang menarik.
“Kegiatan khusus untuk anak-anak seperti ceramah, kelas mengaji yang menarik, dan kegiatan sosial lainnya selalu diterapkan. Terbukti animo masyarakat dan kedetan mereka dengan masjid sangat aktif,” katanya mengutip NU Online Jakarta saat Halal bi Halal di Masjid Attaufiqiyyah, Pulo Jahe, Jakarta Timur, Sabut (4/5/2024) malam.
Selanjutnya, Hasbih menyatakan bahwa area khusus untuk anak-anak di masjid, seperti ruang bermain atau ruang kelas anak-anak yang aman dan menyenangkan juga diterapkan, terutama keaktifan dari remaja masjid yang membaur dengan remaja lain.
Lebih lanjut tentang konsep masjid ramah, Ketua Panitia Halal bi Halal Masjid Attaufiqiyyah Ustadz Mursalih mengatakan terkait kosenp masjid ramah disabilitas juga diterapkan, salah satunya dengan menyediakan kursi-kursi tang ditempatkan disamping-samping serambi masjid.
“Tentu masih banyak fasilitas-fasilitas yang perlu ditambahkan, akan tetapi ini adalah ikhtiar kita sebagai pengurus untuk upaya memakmurkan masjid,” jelasnya saat sambutan.
Selebihnya, masjid tersebut, kata Mursalih juga menyediakan alat-alat ibadah lain seperti Al-Qur’an braille, sajadah berpenyangga, dan tasbih berukuran besar juga disediakan sebagai bentuk perhatian masjid terhadap jamaah penyandang disabilitas.
Ramah musafir juga menjadi salah satu konsep yang telah diterapkan oleh masjid tersebut, Mursalih menjabarkan bahwa fasilitas akomodasi untuk musafir seperti ruang shalat yang bersih dan nyaman, tempat istirahat, dan fasilitas mandi juga disediakan.
“Terkadang kami juga merasakan ketika sedang berpergian, rumah atau temopat ternyaman adalah masjid, selain dapat mengehemat biaya tentu tidak ada yang salah dari musafir jika datang ke masjid untuk beristirahat sambil mendekatkan diri kepada Allah,” terangnya.
Penerimaan dan sambutan yang hangat dari komunitas masjid kepada para musafir, termasuk bantuan dalam menemukan tempat tinggal atau informasi tentang layanan masyarakat setempat.
Lebih dalam, Hasib menyatakan tentang pentingnya untuk menciptakan budaya inklusif di antara jamaah masjid, di mana semua individu diterima dan dihargai tanpa kecuali.
“Hal ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan, seminar, atau workshop yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, pengertian, dan empati terhadap sesama,” tutupnya.