Oleh:
Tati Kurniati, S.Ag, MA.
Dosen PAI Universitas Trisakti / Arsiparis Ahli Madya, Ditjen Pendis Kemenag RI
Peringatan Maulid Nabi SAW yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia biasanya diisi dengan tausiyah atau mauidzoh hasanah yang dinukilkan dari kisah kehidupan Sang Nabi SAW.
Adapun menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus dimaknai sebagai ungkapan cinta dan syukur atas kelahiran dan kehadiran beliau sebagai nabi dan rasul akhir zaman. Sebab, atas jasa-jasa Nabi Muhammad SAW, maka hidup kita, hidup umat Islam, menjadi selamat dan bahagia di dunia dan juga di akhirat dikarenakan menjalankan semua ajaran Islam yang disampaikannya secara istiqomah.
Kecintaan dan kerinduan terhadap Nabi Muhammad SAW ini dapat dibangun dengan cara mengetahui dan memahami kehidupan beliau secara komprehensif, mulai dari pribadi, keluarga, sahabat, aktifitas dan lingkungan beliau.
Dari rutinitas peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, kisah kehidupan beliau dijadikan materi yang disampaikan para muballigh atau muballighah dengan aneka gaya mereka yang rata-rata menarik untuk disimak para jamaah.
Namun, ketika menyampaikan kisah kehidupan Rasulullah SAW ini, para mubaligh atau mubalighah jarang yang mengupas tentang kehidupan para perempuan di sekitar Nabi Muhammad SAW. Padahal perempuan-perempuan ini berperan sangat penting dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, terutama dalam dakwah Islam dan pembangunan peradaban Islam.
Perempuan-perempuan mulia itu di antaranya, yaitu: Aminah binti Wahab, ibu kandung Nabi Muhammad SAW yang dapat dikisahkan secara lebih mendalam dari masa kecil, keluarga nya hingga kisah romantisme perkawinannya dengan lelaki mulia yang menyimpan cahaya atau Nur Muhammad dalam dirinya, yaitu Abdullah Bin Abdul Mutholib.
Selain sang Ibunda yang telah di titipkan Ruh Muhammad, ada juga kisah tentang Bidan yang membantu proses kelahiran beliau yaitu Al-Syifa Binti Auf.
Dilanjutkan dengan tradisi Arab saat itu untuk mencarikan Ibu susu bagi setiap bayi yang baru lahir, umat Islam lebih mengenal Halimah As-Sa’diyah sebagai Ibu susu Rasulullah SAW. Namun, menurut beberapa riwayat, Halimah As-Sa’diyah merupakan ibu susu kedua setelah Tsuaibah yang menyusukan Rasulullah SAW untuk durasi waktu yang cukup singkat.
Selain ibu susu, ada juga yang merawatnya, yaitu: Fatimah Binti Asad , istri Abu Thalib dan Barakah atau Ummu Aiman.
Dalam momen peringatan Maulid pun harusnya dapat juga dikisahkan tentang profil dan peran Istri-istri Nabi Muhammad SAW, yaitu: Khadijah Binti Khuwailid, Aisyah Binti Abu Bakar As-Shiddiq, Saudah binti Zam’ah, Maimunah al-Hilali, Ummu Salamah atau Hindun binti Abu Umayyah, Ummu Habibah atau Ramlah Binti Abu Sufyan, Hafshoh Binti Umar Bin Khoththob, Shafiyyah binti Huyay, Zainab Binti Jahsy, Zainab Binti Khuzaimah, Maria al-Qibtiyah, dan Juwairiyyah Binti al-Harits.
Hal ini untuk memberi pemahaman kepada umat Islam bagaimana praktek poligami yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, karena banyak cerita yang bertendensi negatif tentang jumlah dari istri-istri beliau ini.
Dari kisah tentang istri-istri dan perannya dalam dakwah Nabi Muhammad SAW dapat juga diungkap kisah dan peran puteri-puteri beliau seperti Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah az-Zahra r.a.
Selain keluarga, banyak juga sahabat dari kalangan Perempuan yang kiprahnya begitu mengagumkan dalam sejarah perkembangan Islam.
Perempuan merupakan kelompok yang sangat diuntungkan oleh kehadiran Nabi Muhammad SAW, di tengah tradisi Arab yang memandang perempuan sebagai makhluk kelas dua, beliau justru menempatkan kedudukan perempuan pada proporsinya dan mengikis habis kegelapan yang dialami perempuan pada masa pra-Islam. Beliau menjadikan perempuan sebagai makhluk mulia dan memiliki berbagai hak yang sama dalam berbagai hal.
Jika hal ini diungkap dengan narasi yang tepat dan menarik, dapat menepis anggapan yang mendeskreditkan perempuan sebagai manusia kelas dua yang tidak bernilai dan tidak bermakna.
Dengan demikian, mengisahkan para perempuan mulia yang berada di dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW semakin menjadikan sosok beliau sebagai uswatun hasanah sebagaimana terungkap di dalam QS. Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Akhir kalam, dengan mengenalkan figur perempuan-perempuan mulia ini, wajah Islam menjadi lebih elegan karena umatnya memahami Nabi Muhammad SAW melalui kisah yang lebih komperhensif.