BERITANU.NET, JAKARTA- Kemajuan teknologi informasi menjadikan nilai-nilai agama menghadapi tantangan yang sangat berat. Mudahnya orang mengakses dan membagikan informasi melalui dunia maya menyebabkan apa yang disebut “keberlimpahan informasi”. Akibatnya, banyak berita, informasi, dan sajian ajaran keagamaan sulit diverifikasi dengan mudah antara kebenaran dan kepalsuan (hoax). Di sisi yang lain, membanjirnya informasi yang mudah diakses telah membentuk watak beragama masyarakat secara instan, simplistik, dan judgmental.
Menyikapi hal-hal di atas, DKM Masjid KH. Hasyim Asy’ari, Jakarta secara intensif melaksanakan pembinaan bagi remaja masjid, yang nota bene sebagai generasi Z. Salah satu pembinaan yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan Pesantren Ramadhan 2023 beberapa waktu lalu dan berbagai aktivitas yang dipusatkan dalam rangkaian kegiatan remaja masjid.
Ustadz Ahmad Sauri, salah satu pembina remaja masjid KH. Hasyim Asy’ari, menyampaikan bahwa pelaksanaan pembinaan bagi remaja masjid ini untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan berdasarkan cara pandang remaja, yang mudah dipahami dan dicerna, sehingga menarik buat remaja.
“Kegiatan pembinaan remaja masjid ini memiliki target agar anak-anak muda generasi Z memahami ajaran agama dengan baik. Mungkin mereka sudah mendapatkan pelajaran agama di sekolah atau madrasah, namun perlu pembinaan khusus agar mereka dapat mencerna nilai-nilai Islam sesuai dengan tugas perkembangannya”, tuturnya.
Di tempat terpisah, pengurus masjid KH. Hasyim Asy’ari, Dr. KH. Syamsul Maarif, berharap agar anak-anak muda, khususnya remaja, tetap mencintai masjid, dekat dengan aktivitas masjid, sebagai bagian dari upaya bersama membekali pengetahuan agama mereka agar kuat menghadapi tantangan di era digital, tidak mudah goyah, dan bersikap proporsional dalam beragama.
“Saya berharap kepada para nara sumber yang mengisi pembinaan remaja masjid dapat mengarahkan anak-anak remaja sekitar masjid ini lebih memahami ajaran agama dengan baik agar mereka tidak mudah tergiur dan tergoda pada sikap dan perilaku beragama yang salah dan ekstrem” katanya.
Sementara itu, salah satu nara sumber yang hadir dalam kesempatan tersebut adalah Dr. H. Thobib Al-Asyhar, M.Si, dosen Psikologi Islam, SKSG Kajian Wilyah Timur Tengah dan Islam. Thobib menyampaikan materi tentang Fikih Remaja Gaul, Pembinaan Remaja Masjid dan Penanaan Nilai Moderasi Beragama. Menurutnya, remaja masjid perlu digembleng atas nilai-nilai dan ajaran agama, khusus dalam fikih pergaulan agar mereka tidak salah gaul.
“Anak-anak Muslim generasi Z harus dibina agar mereka memahami betul batasan-batasan pergaulan agar tidak salah jalan. Pemahaman ini dimulai dari kesadaran diri bahwa remaja sedang menjalani tugas perkembangan psikologis, seperti emosi yang belum stabil, mudah mengidolakan orang yang menjadi trend setter, mudah melakukan bullying, game addiction, porn addiction, dan lain-lain”, terangnya.
Lebih lanjut, Thobib juga memaparkan bahwa remaja masjid harus ditanamkan nilai-nilai beragama (berislam) yang wajar, proporsional, tidak mudah menyalahkan orang lain, melakukan tindakan-tindakan ekstrem yang dapat menganggu persaudaraan dan harmoni masyarakat.
“Sebagai aktivis masjid, remaja generasi Z harus bisa bersikap dan bertindak dalam beragama yang wasathiyah atau moderat, sehingga tidak terjebak dalam sikap dan perilaku ekstrem dalam beragama. Mereka juga seharusnya dapat menjadi agen moderasi beragama bagi lingkungannya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat”, pungkasnya. *