BERITA NU-PW RMI NU DKI dalam acara “Penguatan Kelembagaan dan Penguatan Kapasitas Pengurus NU Se DKI Jakarta” bekerjasama dengan Mountrash Avatar Indonesia untuk mengatasi permasalahan lingkungan khususnya pada krisis sampah yang semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut direalisasikan melaui sosialisasi dengan tajuk “Giat Pesantren Ecopreuner Melalui Bank Sampah Digital” yang disampaikan oleh Ibu Titik Nuraini selaku Direktur Marketing Mountrash.
Berdasarkan data, di Indonesia, terdapat 68.5 juta ton sampah pada tahun 2022. Sehingga, dengan melambungnya angka sampah tersebut hampir semua TPA menggunung dan over load. Selain daripada itu, sebanyak 5-775 ton sampah per hari bocor ke sungai dan berimbas terhadap pendakalan sungai yang mengakibatkan banjir dan krisis air bersih. Kondisi yang sangat memprihatinkan ini tidak sebanding dengan kesadaran pengelolaan sampah masyarakat Indonesia, karena menurut data sebanyak 72% masyarakat tidak peduli terhadap ssampah. Hal tersebut disebabkan oleh minimnya edukasi dan sosialisasi untuk pilah dan nabung sampah sejak dari rumah/sumbernya.
Jika ditilik dari segi bahaya jangka panjang, jelas sampah memiliki dampak yang sangat besar, terutama sampah plastik, butuh waktu 100=500 tahun bagi sampah plastik untuk dapat terurai secara natural. Berdasarkan riset, terdapat 60 juta ton plastik per tahun (tahun 2021-inaplas), 65 @ berasal dari kemasan produk kebutuhan sehari-hari, dimana 60% diantaranyab berasal dari produk makanan dan minuman.
Menilai berbagai fakta tersebut, mountrash Indonesia menawarkan solusi bagi berbagai pesantren yang mengikuti sosialisasi untuk dapat melakukan pengelolaan bank sampah pada bank sampah. Terdapat tiga konsep utama dari bank sampah diantaranya adalah 1) fasilitas pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recyle) seabgai saranan edukassi, perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah, dan pelaksanaan ekonomi sirkular yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, badan usaha, dan/atau pemerintah daerah. 2) pengelolaan sampah dilakukan secara komprehensif dan terpada dari hulu ke hilir dengan pendekatan ekonomi sirkular oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakt, sehingga memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan. 3) Bank sampah terbagi kedalam dua bagian yaitu bank sampah unit dan bank sampah induk. Bank sampah unit adalah bank sampah yang area pelayanannya mencakup administratif setingkat RT, RW, Kelurahan, dan Desa. Sedangkan bank sampah induk pelayanannya mencakup wilayah administratif Kabupaten atau Kota.
Mekanisme pengelolaan bank sampah ini, berkisar pada beberapa tahapan seperti pemilahan dari rumah, menyetor ke bank sampah, ditimbang,, dicatat dan disalurkan ke pengolah sampah/pendaur. Berbagai tahapan tersebut akan sangat dimudahkan karena bank smapah yang diusung oleh Mountrash Indonesia merupakan bank sampah digital. Kelebihan dari bank sampah digital ini yaitu data dan transsaksi nasabah maupun mitra bank sampah akan tercatat dengan baik, daftar jenis sampah berikut harga sudah tertera pada aplikasi, sehingga tidak ada yang disembunyikan, transaksi tercatat baik sehingga akan terpantau pendapatan atau pengeluarannya, saat melakukan transaksi secara otomatis insentif akan masuk saat itu juga kedalam aplikasi dalam bentuk money.
Simpulnya, dengan adanya kolaborasi antara pesantren dan Mountrash Indonesia, cita-cita pesantren ecopreuner sebagai penggerak dalam mengatasi permasalahan lingkungan akan segera terealisasi. Karena, sampah sebagai salah satu penyumbang permasalahan lingkungan terbesar dapat terorganisir menjadi hal yang bernilai ekonomis. Selain daripada itu dengan ini pesantren dapat menjadi agen perubahan, fasilitator dan edukator, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menciptakan inovasi dan ide kreatif yang berdampak sosial, ekonomi dan budaya.
Author: Abdurrohman Mubarok
Editor: wiwit Musaadah